Saturday, October 9, 2010

JATI DIRI DAN SIFAT KEPEMIMPINAN KRESNA 5: KRESNA DALAM KESASTRAAN JAWA KUNA

Jatidiri dan Sifat Kepemimpinan Kresna (5) Kresna dalam Kesastraan Jawa Kuna

Cerita kelahiran dan masa remaja Kresna dimuat dalam kakawin Kangsa (Naskah Kirtya No. 844) Basudewa raja Mathura menguasai bangsa Yadu, Wresni dan Andhaka. Basudewa mempunyai saudara nak-sanak bernama Kangsa yang lahir dari rasaksi Pragamini, keturunan Lawana. Setelah menjadi raja Kangsa amat kejam, menindas bangsa Yadu. Wisnu menjelma lewat Dewaki atau Raiwati isteri kedua Basudewa, Basuki lewat Rohini isteri Basudewa yang pertama. Cerita dalam kakawin Kangsa atau Kresnandaka selanjutnya menceritakan kehidupan Kresna pada masa kecil dan remaja. Kangsa menerima ramalan Narada, bahwa kelak Kangsa akan mendapat musibah yang berasal dari anak yang sekarang masih dalam kandungan. Kangsa percaya akan ramalan Narada itu, lalu menyuruh semua perempuan yang sedang mengandung harus dibunuhnya. Isteri Basudewa yang sedang mengandung dapat diselamatkan sehingga mereka tidak terbunuh.

Dua isteri Basudewa melahirkan anak. Rohini lebih dahulu melahirkan Baladewa, kemudian Dewaki melahirkan Kresna. Kangsa selalu ingat ramalan Narada, maka ia berusaha membunuh Kresna dan Baladewa. Kangsa menugaskan raksasi Nanakotana untuk berhias seperti manusia cantik, dan supaya menjadi inang di Mathura. Inang itu supaya berusaha membunuh Kresna dengan menyusukannya pada buah dadanya yang sudah dioles dengan bisa. Ketika menyusui inang itu digigit susunya oleh Kresna, dan mati seketika.

Wahru mengetahui usaha Kangsa yang amat kejam itu. Isteri Basudewa dan dua anaknya diungsikan ke Gobraja daerah Magadha, dititipkan kepada Antagupta dan Ayaswadha. Peternak lembu itu memelihara Baladewa dan Kresna dengan rasa cinta kasih seperti anaknya sendiri. Sepuluh tahun di Magadha dua anak itu tumbuh menjadi remaja yang sakti, tampan dan menarik banyak anak.

Kangsa ingat ramalan Narada, lalu menaklukkan Magadha yang dikuasai bangsa Yadu. Ia berusaha menemukan anak Basudewa yang telah lama bersembunyi, lalu akan mengadakan adu raksasa melawan bangsa Yadu di Magadha.

Basudewa mengutus Wabhru agar datang ke Gobraja, memberi tahu kepada Antagupta tentang usaha Kangsa. Kresna dan Baladewa tahu rencana pertandingan di Magadha itu. Mereka berdua ingin melihatnya. Antagupta melarang, tetapi mereka bersikeras untuk datang menyaksikan pertandingan itu. Mereka meninggalkan Gobraja menuju ke kerajaan Magadha. Perjalanan mereka diserang buaya. Buaya berhasil dibunuh oleh Kresna, kemudian berubah menjadi bidadari. Bidadari itu bernama Puspakindama, ia merasa diruwat, lalu menyampaikan rasa terima kasih, dan menyerahkan Cakra Sudarsana kepada Kresna. Setelah menerima senjata mereka meneruskan perjalanan. Sewaktu menyeberang sungai Saraswati mereka diserang ular naga. Ular naga berhasil dibunuh oleh Baladewa. Ular naga mati dibawa arus sungai. Kemudian naga itu kembali datang, mengaku utusan Anantabhoga, bernama Jambuwana, menyerahkan senjata dahsyat bernama Langghyala. Baladewa menerima senjata. Mereka berdua meneruskan perjalanan ke Magadha.

Selama menyusuri kota Magadha, Kresna menyembuhkan wanita bongkok menjadi tegak. Wanita itu bernama Samantara, abdi Wabhru. Kedatangan Baladewa dan Kresna diserang oleh raksasa, tetapi semua raksasa dapat dikalahkannya. Mereka berdua menyusup di kelompok orang-orang Yadu.Basudewa dan Wabhru gembira melihat kehadiran Kresna dan Baladewa. Kresna dan Baladewa berhasil membunuh sejumlah besar raksasa. Kangsa mengamuk, tetapi akhirnya mati terbunuh oleh senjata Cakra. Semua raksasa dimusnahkan oleh Kresana dan Baladewa. Para dewa ikut bergembira. Indra datang ke Magadha, menghidupkan orang-orang Yadu yang mati dibunuh oleh prajurit Kangsa (sumber bacaan: Naskah Kakawin Kangsa atau Kresnandhaka, naskah Kirtya Singaraja nomor 844).

Cerita Kresnayana karangan Mpu Triguna, berisi perkawinan Kresna dan Rukmini. Rukmini anak Bismaka raja Kundina hendak dikawinkan dengan Suniti raja Cedi. Perkawinan itu atas persetujuan raja Bismaka, tetapi Prthukirti ibu Rukmini, menginginkan bermenantu Kresna raja Dwarawati, kemenakan Prthukirti sendiri. Pada malam menjelang hari perkawinan Kresna dengan bantuan ibu Rukmini dan abdinya, serta kesiapan prajurit Yadu dan Wrsni yang dipimpin oleh Baladewa, Kresna berhasil mengalahkan raja Cedi dan prajuritnya, serta menaklukan Rukma kakak Rukmini, Kresna kawin dengan Rukmini dan diboyong ke Dwarawati. Perkawinan mereka dianugerahi anak bernama Pradyumna.

Cerita perkawinan Kresna dengan Rukmini juga dimuat dalam cerita Hariwangsa karangan Mpu Panuluh. (Sumber Bacaan: 1. Kakawin Kresnayana karangan Empu Triguna, naskah Leiden LOR 8393. 2. Kakawin Hariwangsa karangan Mpu Panuluh, naskah Kirtya No. 721. 3. Kalangwan karangan PJ.Zoetmulder h.317-323 dan h. 355-362)

Dalam cerita Adiparwa disebutkan, bahwa Kresna adalah penjelmaan Sang Hyang Aditya, Baladewa penjelmaan Sang Hyang Wasuki. Pradyumna anak Kresna, penjelmaan Sang Hyang Smara (adiparwa h. 64)

Dalam beberapa bagian cerita Adiparwa menceritakan keakraban persaudaraan Kresna dengan Pandhawa. Pertemuan Kresna dengan Pandhawa sejak Arjuna memperoleh Drupadi melalui sayembara. Kresna dan Baladewa menemui Yudhisthira, dan mengaku, bahwa mereka masih saudara sepupu. Sebab Kunthi itu adik Basudewa. Semula Kresna mendengar berita kematian Pandhawa karena terbakar atas tipu muslihat Duryodana. Tiba-tiba ia melihat orang sakti memenangkan sayembara. Kesaktian Arjuna menjadi penyebab Kresna tahu, bahwa Pandhawa masih hidup. Maka Kresna dan Baladewa membuktikan perkiraannya, ternyata benar. Mereka menemui dan menyatakan kegembiraannya. (Adiparwa h. 181-182). Kemudian pada hari persiapan perkawinan Drupadi dan Pandhawa, Kresna datang lagi menyerahkan pesumbang berupa emas manikam, kain indah, gajah dan kuda (Adiparwa h.187)

R.S. Subalidinata (Artikel ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jatidiri-dan-sifat-kepemimpinan-kresna-5-kresna-dalam-kesastraan-jawa-kuna/)