Saturday, October 9, 2010

JATI DIRI DAN SIFAT KEPEMIMPINAN KRESNA 6

Gambar ilustrasi: Kresna menyatakan dirinya sebagai titisan Dewa Wisnu

Jatidiri dan Sifat Kepemimpinan Kresna (6)

Ketika Arjuna menggembara di hutan bertemu dengan Kresna di gunung Raiwataka. Mereka menghadiri pesta yang diselenggarakan oleh golongan Yadu, seraya mendengarkan kemerduan suara gamelan. Dalam pesta itu Arjuna melihat Subhadra adik Baladewa. Arjuna terpesona melihat kecantikan Subhadra. Kresna tahu, bahwa Arjuna tertarik kepada Subhadra, lalu disuruh melarikannya. Setelah Arjuna berhasil melarikan Subhadra, Baladewa marah, merasa dihina oleh Arjuna. Kresna menahan kemarahan Baladewa. Dikatakannya bahwa Arjuna telah menebus emas kawin dengan kesaktiannya. Baladewa dan Kresna kalah sakti dan tidak akan menang melawan kesaktian Arjuna. Akhirnya Baladewa menyetujui perkawinan Arjuna dengan Subhadra. Perkawinan berlangsung di Dwarawati. Perkawinan mereka dianugerahi anak bernama Abhimanyu (Adiparwa: 202-205)

Kresna dan Arjuna membantu pembakaran hutan Khandawa. Setelah Kresna mengunjungi perkawinan Drupadi dengan Pandhawa, ia bersama Arjuna pergi berjalan-jalan menyusuri sungai Yamuna. Di tepi sungai itu mereka mengadakan pesta makan dan minum. Kemudian datanglah berahmana mengaku bernama Agni. Kresna dan Arjuna akan menjamu berahmana itu. Berahmana menolak untuk dijamu, ia minta bantuan Kresna dan Arjuna untuk membakar hutan Khandawa. Ia selalu gagal membakar hutan itu, karena dihalangi oleh dewa Indra yang bersekutu dengan naga Taksaka. Kresna dan Arjuna sanggup membantu, tetapi minta diberi senjata sakti. Berahmana memberi senjata yang mereka minta. Arjuna diberi panah Mahaksaya Mahesadi dan Sang Hyang Soma memberi tempat anak panah yang tidak pernah habis bila anak panah dilepaskannya. Ia diberi juga senjata Sanggacakra. Kresna diberi cakra Bajranabha, panah sakti bila dipanahkan anak panahnya kembali kepada pemanahnya. Sebuah gada Komodaki diberikan kepada Kresna untuk kelengkapan senjatanya. Mereka berdua telah siap, Sang Hyang Agni mulai membakar hutan Khandawa. Sang Hyang Indra berusaha memadamkan kobaran api. Sang Hyang Yama, Baruna, Waisrawana, Aswino, Dhata, Twasta, Angsa, Mrtya, Aryana, Mitra, Pusa, dan Bhaga membantu usaha Hyang Indra. Mereka beradu kesaktian senjata dengan Kresna dan Arjuna. Kemudian didengar suara yang mengatakan bahwa naga Taksaka sudah meninggalkan hutan Khandawa dan bertempat di Kuruksetra. Biarlah Kresna dan Arjuna menjaga Hutasana penjelmaan Narayana.

Sang Hyang Indra dan para dewa meninggalkan hutan Khandawa. Sang Hyang Agni dengan bebas membakar hutan seisinya. Maya anak Wiswakarma minta hidup kepada Kresna. Kresna pun memberi hidup kepada Maya karena ia tidak pernah membunuh orang yang minta hidup kepadanya. Arjuna menolong naga Aswasena. Empat ekor burung puyuh bebas dari kobaran api.

Dalam cerita Bharatayudha karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, Kresna berpihak kepada Pandawa. Sebelum perang terjadi Kresna diminta bantuannya oleh Pandawa untuk mengusulkan agar Suyodhana mau membagi dua kerajaan Hastina. Kresna pun menyanggupinya, lalu berangkat dari Wirata menuju ke Hastina, dihantar oleh Satyaki. Setiba di Kuruksetra kresna berrtemu dengan Parasurama, Kanwa, Janaka dan Narada. Mereka berempat akan membantu Kresna. Mendengar berita kedatangan Kresna di Hastina, Dhrestarastra menyuruh agar orang-orang menghias jalan dan menebarkan kain-kain indah. Bhisma berseru agar rakyat menyambut kedatangan Kresna dengan ramah tamah.

Anjuran itu disanggah Sakuni, Karna dan Suyodhana. Mereka menganggap Kresna berpihak kepada Pandawa. Kedatangan Kresna disambut dengan enam rasa makanan lezat dan bunyi tabuh-tabuhan yang amat merdu. Kresna tidak datang di tempat raja Suyodhana, tetapi menuju tempat Dhrestarastra. Di tempat itu Kresna bertemu dengna Drona, Bhisma, Krepa, Salya, Widura, Karna dan Dhrestarastra. Kresna dijamu bermacam-macam makanan lezat, emas dan manikam. Kemudian Suyodhana datang bersama pembawa makanan jamuan untuk Kresna. Kresna menolak jamuan Suyodhana sebab tujuan kedatangan dan perundingan belum tercapai. Suyodhana marah atas sikap Kresna yang menolak jamuannya. Kresna meninggalkan tempat pertemuan, diantar Widura menuju ke tempat tinggal Kunti. Kunti amat gembira menerima kedatangan Kresna sebagai wakil Pandawa. Widura sepaham dengan rencana Kresna. Suyodhana kecewa, lalu berunding dengan Dusasana, Sakuni dan Karna. Karna membakar hati warga Korawa supaya benci kepada Kresna yang berpihak kepada Pandawa.

Suyodhana minta agar Widura memanggil Yuyutsu, Krepa, Sakuni, Karna dan raja-raja sekutunya, kemudian minta kehadiran Kresna. Para dewa yang menjelma sebagai resi datang menghadiri perundingan. Kresna membuka perundingan dengan memandang Dhrestarastra. Ia berkata kepada Suyodhana, ia atas nama Pandawa minta separo kerajaan Hastina, Dhrestarastra setuju dan menerima permintaan Kresna. Suyodhana diam dan berpaling kepada Dusasana, Sakuni dan Karna. Mereka bertiga bergeleng kepala, pertanda tidak setuju. Ramaparasu, Kanwa, Narada dan Janaka berpihak kepada usul Kresna. Drona dan Bhisma menyetujui usul Kresna demi kebahagiaan bersama. Widura dan Sanjaya ikut menyetujuinya, demikian juga permmaisuri Dhrestarastra.

Suyodhana menolak usul Kresna, bahkan mengusir Kresna untuk meninggalkan tempat perundingan. Raja Hastina menyuruh Karna, Sakuni dan Dusasana untuk bersiap-siap menyerang Kresna. Mereka bertiga mempersiapkan prajurit Korawa. Dhrestarastra dan permaisuri berusaha membujuk Suyodhana, tetapi tidak termakan nasihatnya. Bahkan semakin berkobar kemarahannya.

Satyaki memberi tahu, bahwa prajurit Korawa telah siap menyerang Kresna, tetapi prajurit Yadu telah siap melawannya.

Kresna meninggalkan tempat perundingan, lalu berdiri di halaman, bertiwikrama membesarkan diri sebesar Kalamretyu, menundukkan bahwa ia jelmaan dewa Wisnu. Kresna yang dahsyat itu melangkah dan menyerang seperti singa. Bumi bergetar hebat, orang Korawa cemas ketakutan. Karna menjadi pucat, Suyodhana, Yuyutsu dan Wikarna jatuh pingsan. Drona, Bhisma dan Narada menghadap Kresna, minta agar berhenti marah dan minta kedamaian dunia. Bila Korawa hancur, tidak akan terpenuhi idam-idaman Bhima, Dropadi tidak akan bersanggul jika tidak jadi mandi darah warga Korawa. Redalah kemarahan Kresna, kembali ke wujud semula.

R.S Subalidinata (Artikel ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jatidiri-dan-sifat-kepemimpinan-kresna-6/).