Saturday, November 27, 2010

KARYA LUKIS AGUS PUTU SUYADNYA

"KETAGIHAN MAKANAN FAST FOOD" karya Agus Putu Suyadnya, 150x150 cm, acrylic on canvas, 2009, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=100

Dalam karya ini pelukis mencoba memvisualisasikan sebuah kondisi kehidupan masyarakat Indonesia masa kini, khususnya yang sering terjadi pada kota-kota besar / kota megapolitan, dimana sebagian besar gaya hidup masyarakat kota masa kini dalam kehidupannya semakin tenggelam ke dalam perpusaran hawa nafsunya, yakni semakin terbuai akan benda-benda, tanda-tanda dan makna-makna semu, sehingga menjadikannya sebagai makhluk consumer sejati. Pada era globalisasi ini pola hidup masyarakat masa kini cenderung terbuai akan produk-produk masa kini yang tergolong produk instan seperti makanan cepat saji (fastfood) yang mampu memberikan kesan praktis, efisien namun tetap mengandung nilai prestise yang mampu mendongkrak status social kehidupannya di masyarakat. Bagi kebanyakan orang, kota besar merupakan tempat untuk berlomba-lomba mengejar kedudukan, kekayaan, citra, prestise dan ketenarano, maka dari itu tidak dipungkiri kota-kota besar banyak ditinggali oleh penduduk urban dari berbagai penjuru yang mencoba untuk mencari peruntungannya di kota.

Disini pelukis menggambarkan sesosok figure manusia dengan karakter wayang (Gatot Kaca) yang bertubuh tambun sedang ketagihan makanan fast food yaitu makanan cepat saji yang dapat dimakan secepatnya tanpa repot-repot menyiapkannya (merupakan makanan hasil dari kebudayaan imperialis). Karakter wayang yang pelukis tampilkan dimaksudkan sebagai penggambaran dari kelokalan masyarakat Indonesia seutuhnya, yakni sebagai masyarakat madani yang memiliki dasar atau pola hidup dengan tradisi timur yang sarat akan nilai-nilai moral dan spiritual. Sedangkan bentuk figure bertubuh tambun, hal ini dimaksudkan sebagai visualisasi dari masyarakat Indonesia masa kini yang semakin hanyut dalam kondisi ektase konsumerisme, yakni kondisi masyarakat yang dalam perjalanan hidupnya semakin tenggelam dalam perpusaran hawa nafsunya, dimana secara tidak langsung telah mengakibatkan memudarnya nilai-nilai moral dan spiritual yang juga berdampak pada hilangnya sebuah jati diri / identitas bangsa. Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=100