Thursday, January 28, 2010

PAMERAN SENI RUPA BAWAH


Karya seni rupa yang berjenis LOW diambil dari, http://www.takashimurakami.net/images/uploads/524a9410.jpg

IDENTIFIKASI JENIS SENI RUPA

Salah satu bentuk High Art diambil dari: http://nofatclips.com/02007/10/09/tide/HighArtatLowTide.jpg

A, IDENTIFIKASI JENIS SENI RUPA
1. Macam-macam Karya Seni Rupa
a. Seni Rupa Atas (High Art)
Istilah ini untuk menyebut seni yang dihasilkan untuk keperluan kemewahan produk-produk eksklusif, seni yang berhubungan dengan teknologi maju. Industri import yang berkaitan dengan pertumbuhan lapisan atas dan menengah masyarakat di kota besar. Oleh kaum terpelajar dinamakan pula : seni lukis, seni patung modern masuk ke golongan ini, begitu pula dengan yang disebut "desain" (Interior, Grafis dan Trimatra).
b. Seni Rupa Bawah (Low Art)
Merupakan seni rupa yang didistribusikan, produksi dan konsumsinya berlangsung di lapisan masyarakat sosial bawah dan menegah terutama di kota kecil dan di desa. Sebagai contoh misalnya: lukisan kaca, lukisan jalanan, lukisan becak, lukisan dan patung Bali yang banyak,dijajakan di jalanan. Seni rupa bawah dianggap kelas rendahan, seni rupa kelas bawah biasanya di produksi massal dan mudah di dapat serta murah harganya.

2. Unsur-unsur Karya Seni Rupa
Unsur-unsur yang terdapat dalam karya seni rupa antara lain titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur dan gelap terang yang mempunyai efek psikologis.

3. Ciri-ciri khusus Karya Seni Rupa
Seni rupa merupakan salah satu cabang seni yang umumnya juga disebut dengan seni visual. Hal ini disebabkan penggambaran seni rupa berwujud bentuk-bentuk yang dinikmati melalui indera penglihatan, baik karya seni rupa dua dimensi maupun tiga dimensi.

4. Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa
Teknik yang dimaksud adalah cara melakukan sesuatu. Seni rupa menggunakan bermacam-macam teknik. Teknik yang digunakan dalam menggambar antara lain: linier, blok, arsir, dusel, pointilis, aquarel dan plakat. Teknik yang digunakan dalam pembuatan patung antara lain membutsir, memahat, mencetak, konstruksi dan masih banyak teknik yang dipergunakan dalam membuat karya seni rupa.

B. APRESIASI SENI RUPA
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris yaitu "to apreciate" yang artinya menilai atau menghargai. Secara difinisi dapat diartikan bahwa apresiasi yaitu suatu kegiatan seseorang di dalam menilai atau menghargai karya seni. Penilaian yang lahir adalah melihat karya seni dapat bermacam-macam bentuknya. Hal ini timbul karena tingkat penilaian seseorang terhadap seni beragam dan dipengaruhi latar belakang, tingkat intelektual dan status sosial yang beragam pula.
1. Identifikasi Ciri-ciri Seni Rupa
Karya seni rupa adalah karya yang mengutamakan nilai keindahan rupa (visual). Karya seni rupa yang baik adalah karya seni yang diciptakan berdasarkan prinsip-prinsip keindahan. keindahan karya seni rupa dapat diliohat dari aspek tema, kreatifitas, teknik pembuatan dan karakter (gaya perseorangan).
a. Tema
Tema adalah pokok pikiran, gagasan atau ide dasar. Tema tergantung kepada sesuatu yang dapat menarik minat perupa untuk kemudian diciptakan menjadi karya seni. Ragam hias seni rupa dapat diwujudkan berdasarkan tema-tema sebagai berikut.
1. Manusia dengan alam benda
2. Manusia dengan dirinya sendiri
3. Manusia dengan kegiatannya
4. Manusia dengan manusia lain
5. Manusia dengan alam sekitar

b. Kreatifitas
Kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk mengubah dari barang yang sudah ada menjadi barang baru yang lebih baik.

c. Teknik
Teknik adalah cara seseorang mencipta karya seni. Hal ini berkaitan dengan penggunaan media seni rupa. Teknik dipergunakan untuk mengolah unsur-unsur seni rupa, seperti garis, warna, tekstur dan gelap terang yang mempunyai efek psikologis. Oleh karena itu penggunaan teknik yang baik akan mempengaruhi mutu karya seni.

d. Karakter
Setiap karya seni antara seniman yang satu dengan seniman yang lain pasti berbeda. Hal ini disebabkan beberapa aspek kejiwaan antara lain kemampuan, pengalaman batin dan kematangan. Hal-hal itulah yang menyebabkan adanya karakter/gaya perseorangan di dalam berkarya seni.

2. Membuat Tanggapan Tertulis tentang Seni Rupa
Apresiasi yang timbul setelah menanggapi karya seni terdiri atas apresiasi aktif dan pasif. Tanggapan yang berupa tulisan bisa dikatakan apresiasi pasif, namun demikian kondisi ini cukup positif karena kebiasaan karena kebiasaan mengamati akan mendorong seseorang untuk turut menjadi apresiasi aktif. Dalam mengapresiasikan karya seni dikenal beberapa apresiasi yaitu:
a. Apresiasi Empatik adalah apresiasi yang hanya menilai baik dan kurang baiknya saja sebuah karya seni berdasarkan penglihatan mata saja (indrawi)
b. Apresiasi Estetis adalah apresiasi tentang keindahan dan mempunyai penilaian tentang keindahan yang ada pada karya seni tersebut. Menilai keindahan harus disertai pengamatan dan perasaan mendalam.
c. Apresiasi Kritis adalah apresiasi yang sudah dalam tingkat penganalisisan. Sehingga penilaiannya bukan lagi sekedar memiliki, tetapi di analisis secara akurat sehingga hasilnya akan lebih baik, jelas dan terusrai dengan cermat.

Sunday, January 24, 2010

Mural Graffiti Alphabet Beige Design

Mural Graffiti Alphabet Beige DesignMural Graffiti Alphabet Beige Design

Mural Graffiti Alphabet "Arts" Fonts Design

Mural Graffiti Alphabet Mural Graffiti Alphabet "Arts" Fonts Design

Graffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Light Design

Graffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Light DesignGraffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Light Design

Graffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Black Red Colour

Graffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Black Red ColourGraffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Black Red Colour

Graffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Alpha Black Style

Graffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Alpha Black StyleGraffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Alpha Black Style

Graffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Alpha Black Style

Graffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Alpha Black StyleGraffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Alpha Black Style

Graffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Block Style

Graffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Block StyleGraffiti Alphabet Letter Fonts A-Z Block Style

Graffiti Alphabet Tagging Juri

Graffiti Alphabet Tagging JuriGraffiti Alphabet Tagging Juri

Saturday, January 16, 2010

NEOREALISME DI SEMARANG

"Perempuan Bali" karya Non Name diambil dari: www.kaskus.us/showthread.php?t=2948164&goto=n.

Neorealisme, Wajah Lama Seni Rupa (di Semarang)

TAK salah, sama sekali tak salah, ketika seorang pelukis memilih realisme sebagai teknik pengucapan artistik. Aliran yang dikenal sama tua dengan seni rupa itu telah melahirkan seniman besar semacam Edouard Manet, Jean-Francois Millet, atau da Vinci.

Bukankah lewat citraan realistis, seorang seniman tetap bisa membangun c itraan, baik sebagai simbol, keadaan, maupun peristiwa? Lagi pula siapa berani memungkiri, bahasa ungkap seni rupa bermula dari citra realistis?

Ya, tak pula salah ketika Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT) menggelar pameran lukisan realis. Pameran itu digelar di Galeri Seni Rupa Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) di kompleks PRPP, Tawangmas, Semarang, 16-23 September.

Semula saya menaruh harapan besar atas tajuk pameran yang juga besar, ''Neorealism: Menata Ruang Estetika''. Terbersit harapan di kepala, moga-moga ada hal baru yang bisa saya temukan di pameran itu.

Apalagi, dalam katalog pameran, Ketua Komite Seni Rupa DKJT Hartono menjanjikan ada pewacanaan baru untuk menata ruang kreativitas seniman pada perhelatan itu. ''Neorealism berorientasi pada pemahaman apresiasi, konsep, dan pewacana.'' Ai, gagah nian.

Disebutkan, pameran itu merupakan ajang unjuk karya pelukis Semarang yang telah teruji waktu. Ya, siapa tak kenal Kok Poo, Inanta, Bambang Prayitno, Komari, atau Jemmy Lauy, lengkap dengan keistikamahan mereka pada realisme? Belum lagi Kelana, Hasyim Katamsi, Djoko Waluyo, Krebo Sutarno, atau Prayitno Rahardjo. Boleh dibilang, 19 pelukis yang berpameran merupakan stok lama di jagat realisme Semarang dan sama sekali tak bisa dibilang perupa semenjana.

Catatan kuratorial Mahmoud Elqadrie tak kalah gempita. Dia berkisah tentang sejarah panjang realisme Semarang yang sudah amat ''kenyang asam garam'' di seni rupa realis. Ya, sejak zaman Raden Saleh hingga para murid Dullah - beberapa di antara mereka berpartisipasi dalam ''Neorealism''.

''Dinamika pergulatan realisme Semarang sangat nyata dibanding aliran lain yang masih mencari ruang pernapasan. Realitas pelukis harus diakui, paling tidak dari sisi teknik dan ideologinya yang sudah mapan,'' tulisnya.

Biasa

Namun, Kawan, begitu ruang pameran dibuka, Sabtu (16/9) malam, sedikit demi sedikit harapan membuncah itu memunah. Satu demi satu lukisan yang terpajang di dinding terlewati, tetapi rasa nges di dada tak kunjung terbangkitkan.

Benar, dari sisi teknik goresan atau sapuan nyaris paripurna. Lihat saja ''Try'' Kok Poo, ''Nyaman'' Teguh Wibowo, "Berkubang'' Wibowo Sanjoyo, atau ''Nyusuki'' Cak Min. Memang banyak lukisan memanjakan indra visual. Namun, toh masih juga terselip lukisan alam benda, untuk tak menyebut mangga-pisang-jambu, yang bersahaja. Berkesan tanpa pesan apa-apa.

Atau, jangan-jangan saya terlampau bodoh untuk bisa menangkap pesan di sebalik citraan realistis itu? Jangan-jangan, pesan begitu dalam. Lepas dari itu, saya kira pemasangan tajuk ''Neorealism'' terlampau berlebihan. (Achiar M Permana-53)

Artikel diambil dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/19/bud01.htm

Thursday, January 14, 2010

PRAKTEK MENGGAMBAR MOTIF UKIRAN 4

Contoh merangkai/mencipta gambar ukiran



Contoh latihan merangkai/mencipta gambar ukiran



LATIHAN MENCIPTA

Di dalam mencipta gambar ukiran diperlukan pengetahuan dan pengalaman menguasai berbagai macam bentuk, disrtai pula ketrampilan mencoret garis-garis gambar ukiran, sehingga hasil gambar ciptaan tampak indah dan menarik.

Pada dasarnya mencipta gambar ukiran itu adalah menyusun atau merangkai bentuk-bentuk ukiran daun sedemikian rupa, sehingga menjadi gambar yang indah dan serasi. Dengan demikian, maka mencipta gambar ukiran harus selalu memperhatikan susunan bentuk-bentuk dan memperbandingkan besar kecilnya ruang.

Maksud dari mencipta gambar ukiran yang perlu diperhatikan adalah:

  1. Perbandingan (Proporsi), yaitu perbandingan antara luas sempitnya ruang gambar yang akan dibuat gambarnya dengan kecilnya gambar ukiran yang akan dibuat gambarnya. Misalnya dalam ruang gambar yang akan dibuat itu luas, maka digambarlah bentuk ukiran daun yang besar, seperti daun pokok atau relung. Demikian pula sebaliknya, bila ruang itu sempit, maka di gambar bentuk ukiran daun yang kecil, seperti daun trubus, daun patran, simbar dan sebagainya.
  2. Susunan (Komposisi), yaitu susunan antara bentuk ukiran daun yang besar atau daun pokok dengan bentuk ukiran daun yang kecil, seperti daun patran dan sebagainya, yang disusun sedemikian rupa, sehingga tampak tersusun dengan indah.

Selain yang telah di uraikan di atas, diperlukan bentuk-bentuk yang luwes di samping bentuk-bentuk pada bagian ikal dengan spiral yang manis dan serasi, karena bagian ini merupakan bentuk yang paling diperhatikan keindahannya, di samping bentuk benangan, pecahan cawen maupun pecahan garis dan sebagainya.

Perlu diperhatikan bahwa menyusun, merangkai, mencipta gambar ukiran yang baik biasanya disusun dari hanya satu jenis bentuk ukiran daun saja, apabila susunan bentuk ukiran daun tersebut dicampur baur, misalnya motif Pejajaran dengan motif Jepara, maka hasilnya akan kurang menarik atau kurang serasi.

Wednesday, January 13, 2010

Graffiti Bubble "Shelly" Fonts Character Design with ColourFUll

Graffiti Bubble Graffiti Bubble "Shelly" Fonts Character Design with ColourFUll

Graffiti Bubble Bomb Design with Blue and Grey Colour Fonts

Graffiti Bubble Bomb Design with Blue and Grey Colour FontsGraffiti Bubble Bomb Design with Blue and Grey Colour Fonts

Graffiti Alphabet Bubble "HYDRO" Style Design Fonts Colour

Graffiti Alphabet Bubble Graffiti Alphabet Bubble "HYDRO" Style Design Fonts Colour

Graffiti Alphabet Bubble"PERP" Style Design Font Character

Graffiti Alphabet BubbleGraffiti Alphabet Bubble"PERP" Style Design Font Character

Graffiti Alphabet Bubble Full Blue Colour Design

Graffiti Alphabet Bubble Full Blue Colour DesignGraffiti Alphabet Bubble Full Blue Colour Design

Graffiti Alphabet Murals Macdremural Vallejo Design

Graffiti Alphabet Murals Macdremural Vallejo DesignGraffiti Alphabet Murals Macdremural Vallejo Design

Monday, January 11, 2010

CARA MENCONTOH GAMBAR UKIRAN

Contoh gambar untuk dikutip dalam ukiran

Contoh gambar untuk dikutip dalam ukiran

Langkah-langkah mencontoh gambar ukiran


Cara mencontoh gambar ukiran
  1. Perhatikan baik-baik gambar ukiran yang akan dicontoh, yaitu pada bentuk-bentuk ukiran daun yang besar sampai yang terkecil
  2. Buatlah garis pertolongan bila diperlukan dan mulailah menggambar bentuk ukiran daun yang besar secara global, kemudian menyusul menggambar bentuk-bentuk ukiran daun yang kecil-kecil.
  3. Setelah pembuatan bentuk gambar secara global selesai, kemudian dilanjutkan menggambar bentuk-bentuk bagian yang kecil-kecil seperti ikal, benangan dan sebagainya.
  4. Pekerjaan selanjutnya yaitu memperbaiki bentuk-bentuk pada bagian ukiran yang kurang indah atau luwes sesuai dengan gambar yang dicontoh.
  5. Agar gambar kelihatan jelas, maka hapus coretan-coretan garis gambar yang tidak terpakai maupun kotoran-kotoran bekas keringat tangan dengan karet penghapus sampai bersih. Cara menghapusnya cukup dengan samar-samar saja supaya kertas tidak rusak. Setelah bersih kemudian gambar ditebalkan dan difinishing (diberikan penekanan penyelesaian akhir).

Saturday, January 9, 2010

PRAKTEK MENGGAMBAR MOTIF UKIRAN 3

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3


Gambar 4

Gambar 5


Gambar 6


C.LATIHAN MENGGAMBAR UKIRAN
1.Latihan dasar Menggambar Bebas Tangan
Setelah kertas gambar dan peralatan menggambar diperoleh, lalu kertas gambar tersebut diberi garis tepi bila diperlukan.
selanjutnya dengan menggunakan pensil jenis sedang (HB) yang sudah diruncingkan, mulailah kita latihan menggambar.
a. Cara memegang pensil
Pensil dipegang pada tangan kanan dengan 3 jari yaitu dipegang di antara ibu jari, telunjuk dan jari tengah. Jarak ujung pensil sampai ujung ibu jari kira-kira 4 cm. Tekanan dan gerakan pensil diatur oleh ibu jari, telunjuk dan jari tengah. Penahannya adalah jari manis dan kelingkingnya. Posisi tegak pensil sekitar 45 derajat.
b. Cara mencoret (membuat goresan atau coretan)
Dengan pensil di tangan, dimulailah latihan mencoret pada kertas gambar yang telah tersedia. Coretan pensil sebaiknya tipis-tipis saja dahulu, agar mudah dihapus bila ada coretan yang kurang baik.
Perlu diperhatikan membiasakan coretan-coretan cukup sekali gores atau garis saja. Jadi usahakanlah jangan sampai membuat coretan garis yang disambung-sambung, sehingga menimbulkan kesan gambar menjadi kuarang bagus,karena coretan yang ganda dan kurang jelas.
Marilah mulai mencoba latihan mencoret membuat garis-garis tanpa penggaris (bebas tangan). Ingat jangan terlalu menekan waktu mencoretkan pensil pada kertas, tetapi secukupnya saja agar tidak terlalu membekas.

2. Latihan membuat garis-garis.
Langkah dalam gambar dapat dilihat pada gambar 1,2 dan 3.

3.Latihan menggambar bentuk-bentuk sederhana
Langkah pada gambar dapat dilihat pada gambar 4

4. Latihan menggambar ukiran
Latihan menggambar ukiran biasanya dimulai dengan mencontoh gambar-gambar motif ukiran dibantu oleh garis pertolongan. Apabila kita sudah terbiasa dengan bentuk-bentuk dan gaya ukiran maka untuk selanjutnya mencontoh gambar tanpa garis pertolongan sampai dapat merangkai, mencipta gambar ukiran dengan sebaik-baiknya. cara mencontoh gambar-gambar ukiran dengan garis pertolongan dapat dilihat pada gambar 5 dan 6 di atas.