Monday, December 28, 2009

SEJARAH BATIK LASEMAN



















http://www.tjokrosuharto.com/catalog/product_info.php/products_id/3191?ThCsid=d337d30d89f9fc2d1fa4d5933ee725b2
http://www.tjokrosuharto.com/catalog/product_info.php/products_id/3566?ThCsid=d337d30d89f9fc2d1fa4d5933ee725b2


http://www.tjokrosuharto.com/catalog/product_info.php/products_id/3842?ThCsid=d337d30d89f9fc2d1fa4d5933ee725b2


http://www.tjokrosuharto.com/catalog/product_info.php/products_id/3839?ThCsid=d337d30d89f9fc2d1fa4d5933ee725b2




SEJARAH BATIK LASEM

Bila orang menyebut batik Jawa Tengah tentu segera menyebut Solo, Jogja, Pekalongan dan Banyumas sebagai sentra perajin batik. Padahal selain empat daerah tadi masih ada daerah lain yang juga menghasilkan batik tulis yang tidak kalah indahnya, yaitu Lasem.

.

Nah di Lasem inilah sehat dengan reiki bersama kerabat kerja produksi film 28 tahun silam berkunjung dan menyapa penduduk di sini.

Namun dalam kunjungan kedua kalinya saat ini yang bisa saya saksikan dari Kota Lasem adalah terpeliharanya warisan budaya Etnis China dengan koleksi rumah kunonya berjajar berhadap-hadapan di seluruh pelosok kota. Masing-masing rumah kuno ini dipagari oleh tembok tinggi yang mengelilingi bangunan utama terbuat dari batu bata dengan pintu gerbang tebal dari kayu jati kuno.

Kota kecamatan Lasem terletak 12 km arah timur Ibukota Kabupaten Rembang berbatasan dengan Laut Jawa sebelah Utara luasnya 45,04 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 44.879 orang ( Litbang Kompas, 2003 ). Di kota ini juga terdapat sentra industri batik kendatipun tidak setenar batik produksi Solo, Jogja atau Pekalongan. Namun kehadiran Batik Lasem merupakan kebanggaan sendiri bagi penduduk kota nelayan ini.

Batik produksi Lasem bercorak khas dengan warna merah darah ayam yang konon tidak dapat ditiru oleh pembatik dari daerah lain. Kekhasan lain Batik Lasem ini terletak pada coraknya yang merupakan gabungan pengaruh budaya Tionghoa, budaya lokal masyarakat pesisir utara Jawa Tengah serta Budaya Keraton Solo dan Yogyakarta.

Konon para pedagang Tionghoa perantauan yang datang ke Lasem memberi pengaruh terhadap corak batik di daerah ini. Bahkan banyak pedagang ini yang kemudian beralih menjadi pengusaha batik di kota Lasem ini.

Menurut sejarah industri batik nusantara kehadiran batik Lasem ini sudah ada sejak berabad silam, sempat menjadi komoditi di Asia dan sempat mengharumkan kota Rembang. Awalnya batik Lasem ini menjadi batik Encim, batik yang dipakai oleh wanita keturunan Tionghoa yang berusia lanjut.

Pengaruh keraton juga ikut mewarnai corak, motif dan ragam batik tulis Lasem ini. Terbukti dengan adanya motif/ornamen kawung dan parang. Pengaruh budaya China terasa kental di sini. Sedang pengaruh masyarakat pesisir utara terlihat pada kombinasi warna cerah merah, biru, kuning dan hijau.

Ketika membuat desain motif batik tulis para pengusaha batik Lasem sangat dipengaruhi budaya leluhur mereka seperti kepercayaan dan legendanya. Misalnya terdapat corak ragam hias burung Hong dan binatang legendaris kilin atau singa. Bahkan cerita klasik Tiongkok seperti Sam Pek Eng Tey pernah menjadi motif batik tulis Lasem ini. Oleh karena itu batik tulis Lasem ini kemudian dikenal sebagai batik Encim tadi.

Batik Lasem bisa bersaing dengan batik Solo karena motifnya yang unik dan pernah diekspor ke Suriname. Namun saat Anda datang ke Lasem dan mencari batik tulis Lasem akan mengalami kesulitan bagaikan mencari barang antik saja. Memang sentra industri batik Lasem agak lesu mengingat pengusaha batik yang masih bertahan tinggal 12 orang saja.

Pada masa kejayaan batik tulis Lasem setiap rumah tinggal orang Tionghoa mengusahakan pembatikan dengan merekrut tenaga pembatik dari daerah desa sekitar Lasem, seperti Sarang dan Pamotan. Tenaga kerja ini melakukan pekerjaan sebagai sambilan saat menunggu musim panen dan musim tanam padi di sawah. Nah karena tenaga kerja yang direkut adalah petani desa sekitar Lasem, pada saat musim tanam dan panen padi mereka pulang ke desa. Akibatnya tenaga pembatik ini berkurang dan dengan sendirinya proses produksi batik terganggu. Anak pengusaha batik pun lebih senang bekerja sebagai pegawai kantor dan merantau keluar kota Lasem.

Menurut Sigit Wicaksono pengusaha batik tulis Lasem yang pernah diwawancarai Kompas beberapa waktu lalu mengatakan, “Teknologi sablon ikut andil mematikan Batik tulis Lasem ini. Batik sablon harganya sekitar Rp. 25.000,- per lembar jauh lebih murah dari batik tulis yang harganya ratusan ribu rupiah per lembar,” katanya sambil terus tetap bertahan menjadi pengusaha batik demi menghidupi karyawannya yang tinggal beberapa orang ini. “Kasihan kalau saya tutup pabrik ini, mereka akan bekerja di mana? ungkapnya.

Apakah batik tulis Lasem hanya akan tinggal kenangan saja mengingat generasi penerus pengusaha ini sudah tidak mau meneruskan usaha orang tuanya ini? Tentunya kita semua berharap kejayaan batik tulis Lasem akan tetap bertahan lalu bangkit menjadi besar kembali seperti jaman dulu. Entah kapan waktu yang akan menjawabnya.

Sehat dengan reiki menulis dari Lasem untuk Vtr Editing.

Tulisan artikel ini diambil dari:

http://vtrediting.wordpress.com/2009/03/22/sejarah-batik-lasem/

3D Graffiti Alphabet Murals Purple Color Fonts Design

3D Graffiti Alphabet Murals Purple Color Fonts Design3D Graffiti Alphabet Murals Purple Color Fonts Design

Saturday, December 26, 2009

SEJARAH BATIK PEKALONGAN







Motif Pekalongan

Motif Pekalongan ini diambil dari http://javabatik.com/hoko2.jpg



SEJARAH BATIK PEKALONGAN

Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.

Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah – daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.

Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.

Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.

Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.

Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.

Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.

Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.

Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan.

Sumber artikel: Sejarah Batik Indonesia, Batik Jlamprang

Sumber foto: Pekalongan The City Of Indonesian Batik

BATIK YOGYAKARTA 3

Batik Stamp Motif Yogyakarta Kawung Benggol Ceplok Gurdo diambil dari: http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

Batik Stamp Motif Yogyakarta Kawung Sisik Gurdo diambil dari: http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

Batik Stamp Motif Yogyakarta Kawung Poleng diambil dari: http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

Batik Stamp Motif Yogyakarta Kawung Benggol diambil dari: http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

Batik Painting Motif Yogyakarta Ambar Sari diambil dari: http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

Batik Painting Motif Yogyakarta Blibar Latar Putih; 2. Batik Painting Blibar Latar Cemeng diambil dari: http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

Batik Painting Motif Yogyakarta Bintang rojo diambil dari: http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

Batik Painting Motif Yogyakarta Banci kasut diambil dari: http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

Batik Painting Motif Yogyakarta Buntal Gringsing diambil dari: http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

Batik Painting Motif Yogyakarta Buntal Anggrek dari: http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

Motif Yogyakarta Buntal Hadinegoro diambil dari: http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

GELAR BATIK YOGYAKARTA 2

Motif Yogyakarta Sidomukti latar cemeng diambil dari http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

Motif Yogyakarta Galaran babon angremdiambil dari: http://batikjogjakarta.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

Motif Batik Nitik Brendi diambil dari: www.asiawelcome.com

Motif Nitik Sekar Tanjung diambil dari:

GELAR BATIK YOGYAKARTA